Benarkah Wanita Hiperseks Bisa Kena Gangguan Mental karena Hasrat Tak Tersalurkan?

Ilustrasi

Nusaperdana.com - Urusan libido tinggi dan kecanduan seks tak cuma monopoli kaum pria. Kaum hawa pun bisa mengalami hal itu. Kaum hawa dengan kasus tersebut kerap disebut wanita hiperseks atau nymphomania.

Dari penampilan luar, terkadang wanita hiperseks tampak seperti wanita pada umumnya. Mereka bisa saja berpenampilan sopan, tetapi perilakunya di balik itu luar biasa berbeda.

Wanita hiperseks harus pintar-pintar mengontrol hasrat seksnya. Bila hal itu gagal dilakukan, kehidupan pribadi dan orang lain bisa terganggu.

Bagaimana Ciri-Ciri Wanita Hiperseks?

Sebenarnya, hingga saat ini belum ada kriteria resmi yang bisa dijadikan patokan untuk mendiagnosis wanita hiperseks. Namun secara umum, perilaku atau ciri-ciri yang mengarah kepada kondisi tersebut, antara lain:

- Ingin Berhubungan Seks dan Masturbasi setiap Saat

Wanita hiperseks sulit untuk mengendalikan gairah seksualnya. Ada atau tidaknya kesempatan, ia selalu memikirkan dan ingin berhubungan seks dengan orang lain yang menurutnya menarik.

Apabila tak bisa berhubungan seks, masturbasi pun jadi solusinya. Uniknya, wanita hiperseks kadang masih punya perasaan bersalah atau menyesal. Namun, kebiasaannya itu tetap saja diulangi. Jadi, rasa bersalah atau penyesalannya menjadi siklus biasa.

- Punya Fantasi yang Liar dan Sulit Terpuaskan

Wanita hiperseks punya fetish yang unik dan fantasi seks yang liar. Tak jarang fantasi mereka lebih ekstrem daripada pasangannya. Ketika wanita hiperseks mengungkapkan fantasinya, bisa saja orang yang mendengar merasa heran.

Bagi orang yang suka eksplorasi seksual, fantasi si wanita hiperseks mungkin tidak aneh. Tetapi bagi orang yang konservatif, fantasi seks si wanita bisa saja dianggap janggal atau malah mengganggu hubungan. Wanita tipe ini rentan gonta-ganti pasangan seksual karena sulit terpuaskan.

- Selalu Menjadikan Seks Sebagai Pelarian

Wanita hiperseks kerap berpikir pendek dan tak mempersoalkan risiko yang mungkin dia hadapi. Adapun contoh risiko yang dimaksud adalah stigma sosial serta penyakit menular seksual. Dirinya juga sering menjadikan seks sebagai pelarian, terutama di kala cemas, stres, dan kesepian.

Hasrat Tidak Tersalurkan, Wanita Hiperseks Bisa Kena Gangguan Mental?

Ikhsan Bella Persada, M. Psi., Psikolog berpendapat, ketika hasrat wanita hiperseks tidak tersalurkan, ada banyak konsekuensi yang terjadi.

“Misalnya saja, dia akan terus-menerus tidak tenang, stres, dan temperamental. Karena biasanya, perilaku hiperseks ini dia jadikan coping atau penyaluran atas perasaan negatifnya. Selain itu, orang tersebut juga tidak fokus untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Mengabaikan orang sekitarnya pun bisa jadi salah satu efeknya,” jelas Ikhsan.

Dengan demikian, benar adanya bahwa hasrat seks wanita hiperseks yang tidak tersalurkan bisa berefek negatif. Mungkin efek buruknya tak langsung mengarah ke perilaku eksibisionisme dan semacamnya (meski kemungkinan ke arah sana tetap ada). Wanita hiperseks yang tidak terpuaskan cenderung mengalami depresi.

Saat stres itu muncul, wanita hiperseks tidak bisa menyalurkannya lewat aktivitas seksual yang selama ini ia jadikan sebagai pelarian. Stres yang terus terakumulasi bisa berubah menjadi depresi yang merupakan salah satu jenis gangguan mental.

Apa Harus Selalu Dilampiaskan dengan Aktivitas Seksual?

Hasrat memang suka muncul mendadak tanpa kenal kondisi. Hal itu semakin menjadi-jadi jika ada orang yang memang bikin Anda tertarik secara seksual. Kalau sudah begini, yang bisa dilakukan adalah mengganti jenis penyalurannya.

Ikhsan berpendapat, “Perilaku hiperseks biasanya menjadi bentuk pelarian dari masalah yang dihadapi. Jadi pelariannya itu yang mesti dicari alternatifnya. Akan lebih baik memang orang yang punya masalah ini mencari bantuan tenaga profesional dulu untuk membantu mengenali penyebab stres dan kecemasan yang dimilikinya.”

“Jadi, coba cari hobi atau suasana yang menyenangkan selain seks. Sebisa mungkin hindari suasana sepi, karena suasana yang satu ini memang bisa meningkatkan pikiran untuk memuaskan hasrat seksual,” saran Ikhsan.

Sejauh ini, American Psychiatric Association memutuskan untuk tidak memasukkan kecanduan seks atau hiperseks sebagai gangguan mental. Jadi, tak perlu putus asa karena hal semacam ini masih bisa dikendalikan, asal ada niatan kuat dari si individu.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar