Simak! Kamu Tak Perlu Percaya Soal Mitos Protein Shake untuk Anak

Senin, 29 Maret 2021

Nusaperdana.com - Di masa anak-anak, kebutuhan nutrisi sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang si kecil. Salah satu nutrisi yang tak boleh terlewat untuk dicukupi setiap hari adalah protein. 

Sayangnya, memenuhi kebutuhan protein si kecil setiap hari tidaklah semudah membalikan telapak tangan.

Apalagi, jika si kecil adalah seorang picky eaters alias terlalu pilih-pilih dalam mengonsumsi makanan maupun minuman.

Dalam menyiasati kondisi tersebut, sebagian ibu akhirnya memberikan protein shake untuk anak. 

Selain rasanya yang lezat (cenderung manis), pembuatannya pun mudah dan tinggal diminum oleh anak. 

Namun, meski menjanjikan dan bisa membantu memenuhi kebutuhan protein harian, orangtua tak boleh bergantung 100 persen dengan minuman tersebut. 

Berdasarkan dr. Arina Heidyana, orangtua sebaiknya tidak memberikan protein shake untuk anak terlalu banyak dan sering. Sebab, efek samping berupa kerusakan ginjal di kemudian hari bisa saja terjadi.

Selain itu, orangtua juga mungkin akan terjerumus mitos protein shake, yang justru dapat merugikan kesehatan si kecil.

Berikut sejumlah mitos protein shake yang perlu orangtua ketahui:

1. Mitos: Protein Shake Bisa Menggantikan Kebutuhan Buah dan Sayur

Ada perbedaan besar antara mengonsumsi buah atau sayur secara langsung dan mengonsumsinya lewat minuman, dalam hal ini protein shake.

Jumlah serat di dalamnya pasti berbeda. Bahkan, anak tidak mendapatkan daging buah atau bulir yang menyehatkan. 

Minuman dengan klaim seperti itu biasanya menggunakan suplemen tambahan, bukan bahan-bahan asli. 

Meski tubuh pandai mengeluarkannya kembali, mengonsumsi minuman tinggi protein bersuplemen tidak menjamin bahwa anak akan merasakan manfaat yang sama.

2. Mitos: Protein Shake Bisa Mengatasi Semua Masalah Gizi yang Serius
Dalam kasus malnutrisi parah, minuman berprotein tinggi dapat berfungsi sebagai salah satu asupan penambah kalori dan asupan gizi. 

Kendati demikian, keputusan tersebut sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.

Anak dengan Avoidant Restrictive Food Intake Disorder (ARFID) tidak menyukai tekstur tertentu dan takut tersedak sehingga mereka menghindari banyak jenis makanan. 

Protein shake dapat berguna untuk anak-anak dengan penderita ARFID karena mengandung banyak kalori dan tidak perlu dikunyah. 

Untuk gangguan lainnya, lebih baik Anda serahkan solusinya kepada dokter. Jika upaya dilakukan secara mandiri tanpa saran dan rekomendasi medis, dikhawatirkan kondisi anak malah akan bertambah buruk. 

3. Mitos: Protein Shake untuk Anak adalah Pilihan Termurah dan Termudah

Jika mencari asupan murah, bergizi, dan dapat diminum, sebaiknya jangan jadikan protein shake sebagai pilihan utama. Lebih baik pilih aneka buah dan sayuran untuk dijadikan smoothies.

Smoothies mampu memberikan kalori ekstra dan mempertahankan sebagian seratnya sehingga bermanfaat bagi tubuh anak. 

Orangtua boleh menambahkan selai kacang dan yoghurt berlemak untuk memenuhi kebutuhan protein si kecil. 

4. Mitos: Semua Protein Shake Sama
Tidak. Mirip dengan produk lain, protein shake diciptakan beragam. Jika Anda benar-benar perlu mengandalkan minuman berprotein kemasan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 

Cobalah cari minuman berprotein tinggi yang diperkaya kalsium, zat besi, serta vitamin D. 

“Pilih juga yang kalori dan gulanya tidak terlalu tinggi, agar anak terhindar dari obesitas,” saran dr. Arina. 

Orangtua juga bisa mempelajari banyak resep makanan dan minuman yang menarik, agar si kecil yang picky eater mau makan. 

5. Mitos: Anak Membutuhkan Lebih Banyak Protein

Minuman berprotein dapat berfungsi sebagai “polis asuransi" dalam situasi anak-anak yang sangat kekurangan nutrisi. 

Namun, anak tetap membutuhkan karbohidrat, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian yang menyehatkan; bukan sekadar asupan protein berlebih.

Oleh karena itu, lebih baik perhatikan lagi asupan protein yang diberikan kepada si kecil setiap hari. Angka Kecukupan Gizi Kemenkes RI melalui Peraturan Menteri Nomor 75 Tahun 2013 menyatakan:

- Anak usia 1 hingga 3 tahun butuh 26 gram protein per hari. 
- Anak usia 4 hingga 6 tahun butuh 35 gram protein per hari.
- Anak usia 7 hingga 9 tahun butuh 49 gram protein per hari.

Saat usia anak menginjak 10 tahun, kebutuhannya dibagi berdasarkan jenis kelamin. Contohnya:

- Laki-laki usia 10 hingga 12 tahun butuh 56 gram protein per hari.
- Perempuan usia 10 hingga 12 tahun butuh 60 gram per hari.
- Laki-laki usia 13 hingga 15 tahun butuh 72 gram per hari.
- Perempuan usia 13 hingga 15 tahun butuh 69 gram per hari.
- Laki-laki usia 16 hingga 18 tahun butuh 66 gram per hari.
- Perempuan usia 16 hingga 18 tahun butuh 59 gram per hari.

Itu dia penjelasan tentang mitos protein shake untuk anak. Semoga Anda memahami nutrisi yang diperlukan si kecil.